Membangun Nilai-Nilai Diri Pada Anak


Pernah gak sih Bun, anak pulang membawa hasil ulangannya, mendapat nilai 9, dan yang dilihat "kok salah satu, yang nggak bisa yang mana?" Sementara yang ia bisa kerjakan lupa diberi apresiasi. Apalagi kalo nilai anak jeblok, bisa tamat riwayat sang anak oleh teguran sana-sini. Iya gak sih Bun?

Sebetulnya, bagaimana sih sikap kita dalam merespon nilai sekolah anak? Apakah Ayah dan Bunda tahu ada yang lebih penting dibanding hasil nilai ulangan itu sendiri? Ada nilai-nilai diri yang tak terhingga nilainya. Apa saja yah? Nah, berikut penulis akan menjabarkannya satu persatu :

KEJUJURAN
Apa pernah Ayah dan Bunda mengapresiasi prestasi anak? Jika anak sudah mengerjakan dengan jujur, kira-kira mau kita beri nilai berapa atas kejujurannya tersebut? Tak terhingga bukan?

Bila kita menekan anak atas hasil nilai-nilai sekolahnya, maka pasti akan ada resiko yang mengintai, yaitu resiko berbuat curang demi mendapat hasil yang maksimal dan demi terlihat sempurna dimata orang tua. Bunda juga tau kan tidak sedikit anak yang berani berbuat curang saat ujian hanya karena takut dimarahi oleh orang tuanya dan takut dibanding-bandingkan hasilnya dengan anak lain. Padahal nih Bun, bukankah kejujuran lebih tak ternilai harganya? Bukankah kejujuran adalah modal penting untuk kehidupan seseorang?

KETEKUNAN
Sekarang penulis mau tanya nih Bun, kalo anak kita sudah berusaha, sudah belajar berhari-hari sebelumnya, kira-kira mau diberi nili berapa atas ketekunannya? Tak terhingga bukan?

Kalo kita terlalu berorientasi pada hasil, dan mengabaikan proses yang telah dilakukan anak? Maka bisa jadi lama kelamaan anak kita tidak akan menghargai proses dan menggap proses itu tidak penting karena mereka berorientasi pada hasil. Nah, kalo anak sudah terlanjur memaknai bahwa proses tidaklah penting, maka ia tidak akan belajar membangun kesanggupan untuk bahan evaluasi diri.

Padahal Bun, bukannya ketekunan adalah bagian penting hidup seseorang ya? Dan tanpa ketekunan, tanpa kesanggupan dalam berusaha, tanpa kemauan berproses, maka seseorang seringkali ingin hasil dengan cara-cara yang instan.

TANGGUNG JAWAB
Ayah dan Bunda yang baik, kalo anak kita berani memberitahukan, menunjukkan, dan menyodorkan hasil ulangannya pada kita berapa pun itu adalah hasil dari jerih payahnya, kira-kira kita mau kasih nilai berapa atas tanggung jawabnya? Tak terhingga bukan? Kalo anak ngga dihargaitanggung jawabnya, atau justru mendapatkan hal-hal tidak enak seperti amarah, kritikan, maka anak jadi enggan tanggung jawab terhadap hal-hal yang ia lakukan.

Nah, kalo anak enggan bertanggung jawab nih Bun, maka ia jadi terdorong untuk menyalahkan orang lain atau menyalahkan situasi dan hal diluar dirinya demi mendapat rasa amab dari amarah dan kritik. Padahal, bukankah Ayah dan Bunda menginginkan anak yang sanggup tanggung jawab? Sanggup mengakui bahwa apa yang ia lakukan adalah tanggung jawabnya?

Ayah dan Bunda yang baik, sikap jujur, tekun, tanggung jawab adalah nilai-nilai penting untuk dibangun oleh setiap orang, dan orang tua punya peran penting dalam menanamkan nilai-nilai tersebut pada anaknya.

Sikap kita dalam merespon hasil yang anak raih, sangatlah berpengaruh bagi anak dalam membangun nilai-nilai dirinya. Bila kita perhatian dan memberi apresiasi terhadap kejujurannya, ketekunannya, tanggung jawabnya, maka anak akan mengembangkan bibit tersebut dalam dirinya. Karena nilai-nilai diri akan menjadi pegangan bagi anak untuk kelak tetap tegar berjalan dijalan yang benar.

Nah, Bun. Sementara orientasi terhadap hasil, justru berisiko mendorong anak menghalalkan segala cara demi mendapat hasil, demi mendapat pengakuan dari orang lain.

Semoga bermanfaat dan semangat terus dalam mendidik anak-anak tercinta yah….

Artikel menarik lainnya bisa dibaca di secretparenting

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama